top of page

Relationship seperti Roller Coaster

Another thought. Kata relationship agak mengusik saya. Mungkin karena di zaman sekarang ini ada banyak orang yang salah mengartikan makna sebenarnya tentang relationship. Banyak orang yang seharusnya fokus pada hal-hal yang lebih penting di hidup mereka tetapi kita temui banyak yang dalam masa pacaran saja sudah menggunakan panggilan sayang yang kurang logis, semisal “papa-mama”, “ayah-bunda”, dan sebagainya. Jujur, bagi saya pribadi hal ini memprihatikan. Banyak orang yang salah kaprah dengan arti relationship. Bagi saya, relationship memiliki makna dimana dua orang saling mengenal satu sama lain agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk ke tahap selanjutnya. Namun, yang terjadi saat ini tidak seperti itu. Banyak yang mengartikan kata relationship itu sebagai ajang untuk pamer bahwa mereka tidak lagi jomblo, mereka orang yang “laku”, dan sebagainya. Padahal, kalau kita mau berpikir sejenak tentang makna relationship itu, kita tidak perlu jauh-jauh mencari pasangan agar terkesan tidak jomblo, karena kita punya sosok yang akan selalu ada untuk kita, yakni Tuhan.

Relationship dengan Tuhan itu amat menyenangkan. Dia sosok yang amat mencintai kita dengan tulus, bisa jadi teman curhat. Saya merasa lebih tenang setelah berbincang-bincang dengan Tuhan. Setiap kali berbincang dengan Tuhan, rasanya saya tidak mempunyai masalah yang tidak dapat diselesaikan. Tangki cinta sayapun terasa di refill dan it’s for free. Walau relationship dengan Tuhan terasa seperti naik roller coaster. Saya pun bisa “ngambek” sama Tuhan, malas berbincang dengan Dia. Sampai saya berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa Tuhan mencintaiku dengan tulus, tanpa ada embel-embel atau motivasi buruk lainnya.   Sayapun berusaha mencintai Tuhan dengan tulus juga.

Saya masih terus berjuang mencintai Tuhan dengan tulus. Terus berusaha memperbaiki relationship dengan Tuhan karena saya masih manusia berdosa. Perjuangan untuk mencintai Tuhan memang bera tetapi Tuhan membantu saya. Dengan mencintai Tuhan dengan tulus, sayapun dapat mencintai sesama dengan tulus.  Harapannya saat nanti membina sebuah relationship dengan pasangan, saya dapat mengungkapkan love dan bukan lust. Saya dapat memberikan diri sebagai penolong yang sepadan baginya. Relationship kamipun menjadi indah seindah relationship ku dengan Tuhan.

Kontributor: Lucia Wahyuni, alumni Basic Program.

4 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page