Pada kenyataannya, kita banyak menemukan pasangan yang berbeda keyakinan kemudian menikah dan amat bahagia. Saya sungguh yakin keduanya juga mendapat rahmat Tuhan yang luar biasa untuk saling memahami satu sama lain.
Who am I to judge (Siapakah aku untuk menghakimi orang lain, Paus Fransiskus). Kita kembali pada sikap hati kita masing-masing. Keyakinan yang dianut oleh setiap orang merupakan hubungan yang istimewa antara individu itu sendiri dengan Tuhannya. Hanya orang itu sendiri yang bisa menghayati dan mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya, karena cinta bukan sekedar perasaan yang muncul menggebu-gebu melainkan ada tanggung jawab di dalamnya. Pernikahan, bukan hanya bicara soal persatuan seorang laki-laki dan perempuan, melainkan bicara soal persatuan dua keluarga, dua budaya, dua latar belakang pendidikan yang berbeda. Jadi dibutuhkan lebih dari cinta serta tanggung jawab yang tidak kecil untuk memasuki sebuah jenjang pernikahan. The greater the feeling of responsibility for the person, the more true love exist. (St. John Paul II).
Oleh Lucia Wahyuni, alumni Adorable Eve
Reviewed and edited by Ika Sugianti – Tobit Faculty Member
Comments