Pada hakekatnya manusia sendiri adalah ciptaaan Tuhan yang seksual dan seksualitas manusia merupakan kekuatan yang melekat dalam tubuhnya. Sesungguhnya, melalui seksualitasnya ini manusia dipanggil untuk saling memberi, berbagi serta menerima. Dengan demikian, melalui tubuhnya manusia mampu mencintai sesamanya dan melihat sesamanya sebagai kehadiran Yang Illahi. Prinsip ini dihayati dalam kehidupan perkawinan antar manusia laki-laki dan perempuan berlandaskan cinta yang tulus, ada dalam kegiatan seksual diantara keduanya sebagai ungkapan cinta mereka. Seksualitas dan seks manusia memiliki martabat tinggi karena seks menjadi sarana menuju kesatuan manusia yang utuh sebagai citra Allah dan saling memberi dan menerima dengan tulus. Artinya, dalam kegiatan seksnya, manusia tidak kehilangan makna atas tubuh manusia; kehadiran yang Illahi dan makna pemberian diri.
Namun, pornografi telah mencederai martabat tubuh dan makna luhur seksualitas dan seks manusia. Lirik-lirik porno dalam lagu menjatuhkan manusia sama halnya dengan tubuh binatang, tanpa makna tanpa martabat, semata obyek kesenangan dan pemuas nafsu. Bukan lagi tubuh sebagai tanda kehadiran Yang Illahi, sebagai ungkapan memberi, namun tubuh menjadi sarana mengambil keluhuran dan martabat tubuh manusia yang lain, tubuh yang dijadikan obyek.
Paparan lagu-lagu porno yang dialami terus–menerus akan menumpulkan kepekaan terhadap penghargaan tubuh dan martabat manusia. Dengan demikian, demi menjaga keluhuran martabat tubuh manusia, sebagaimana juga menjadi pelajaran penting dalam merenungkan ajaran Teologi Tubuh, maka bijaklah dalam memilih lagu yang kita dengarkan.
Kontributor:
Ayik Teteki, Faculty TOBIT (Theologi of The Body Insight) Image: Matt Fradd
Comentarios