Olivia Pietrantoni lahir dan dibaptis pada 27 Maret 1864 di Pozzaglia Sabina, Italia. Olivia adalah anak ke dua dari sebelas bersaudara. Dia menolak lamaran demi lamaran karena yakin memiliki panggilan hidup religius menjadi seorang biarawati. Saat berusia 22 tahun dia diterima dalam biara ordo Sisters of Charity dan mendapat nama baru, yaitu “Agostina”.
Suster Agostina ditempatkan di Rumah Sakit Santo Spirito untuk melayani para pasien yang terjangkit tuberkulosis (TBC). Saat bekerja dia juga selalu menyempatkan diri untuk mendoakan para pasiennya. Salah seorang pasiennya bernama, Joseph Romanelli, adalah narapidana yang telah empat kali keluar masuk penjara. Joseph selalu melecehkan Suster Agostina dengan kata-kata kotor. Joseph bahkan mengirimkan surat ancaman kepadanya. Akhirnya Joseph dikeluarkan dari rumah sakit karena juga telah melecehkan para perempuan yang bertugas di bagian pencucian pakaian (laundry). Saat telah dikeluarkan dari rumah sakit pun, dia tetap mengirimkan surat ancaman kepada Suster Agostina yang berbunyi, “Saya akan membunuhmu dengan tangan saya sendiri”. Pada kesempatan lain, dia menulis lagi surat ancaman yang berbunyi, “Suster Agostina, Anda hanya punya waktu satu bulan untuk hidup”.
13 November 1894, Joseph Romanelli muncul dan menyerang untuk berusaha memperkosa Suster Agostina di sebuah koridor yang gelap. Joseph menghujaminya dengan pisau tiga kali pada bahu, tangan kiri, dan pada vena jugularis di dadanya. Saat diangkat ke tempat tidur, Suster Agostina sudah tidak mampu berbicara selain kata terakhir yang keluar mulutnya adalah seruan, “Blessed Mother, please help me” untuk mengampuni pembunuhnya. Suster Agostina wafat di usia 30 tahun. Dua hari kemudian Suster Agostina dikuburkan bersamaan dengan hari tertangkapnya Joseph. Joseph Romanelli bertobat dalam penjara dan menerima sakramen-sakramen terakhir sebelum wafat satu tahun kemudian.
Santa Agostina dikanonisasi pada tanggal 18 April 1999 oleh Santo Yohanes Paulus II dan menjadi santa pelindung para perawat rumah sakit.
Kontributor: Lucia Wahyuni, alumni Adorable Eve 2016
Editor: Lidwina Sisilia
Sumber:
Komentarji