Alexandrina Maria da Costa lahir di Portugis pada tahun 1904. Ayahnya meninggalkan keluarganya. Sejak kecil hingga usia sembilan tahun Alexandrina sudah harus bekerja di perkebunan untuk membantu mencari nafkah bagi keluarga. Masa remaja dia bekerja sebagai penjahit pakaian bersama saudarinya.
Pada bulan Maret 1918, saat dia berusia 14 tahun terjadilah insiden yang mengubah seluruh hidupnya. Mantan majikannya bersama tiga orang lelaki berusaha mendobrak pintu kamar Alexandrina untuk memperkosanya. Untuk menyelamatkan kesucian dirinya maka Alexandrina melompat dari jendela kamar yang memiliki ketinggian hampir empat meter dari tanah. Dia hampir mati. Tulang punggungnya patah di beberapa tempat. Sampai usia 19 tahun Alexandrina masih mampu menyeret dirinya ke Gereja namun perlahan dia menjadi lumpuh dan terbaring di tempat tidur selama tiga puluh tahun. Selama terbaring itulah Alexandrina banyak mengalami pengalaman spiritual bersama Yesus.
“Suatu malam Yesus menampakkan diri padaku. Dia terlihat seperti baru saja diturunkan dari kayu salib. Aku bisa melihat luka-luka menganga terbuka di kedua tangan, ke dua kaki dan sisi lambungnya. Darah mengalir keluar dari luka-luka itu. Darah itu menyembur deras dari lambung dan membasahi pakaian sampai ke pinggangnya lalu membanjiri lantai. Yesus mendekati pinggiran tempat tidurku. Dengan penuh cinta aku bisa mencium luka-luka pada tangannya. Tetapi aku juga rindu mencium luka-luka pada kakinya. Namun karena aku lumpuh maka aku tak bisa melakukannya. Walau aku tidak menyampaikan hal itu kepada Yesus namun dia telah membaca pikiranku. Dia mengangkat satu kakinya untuk kucium dan begitu juga dengan kakinya yang lain… aku terpesona, ku renungkan luka di lambungnya dan semburan darah yang masih keluar dari sana, aku memeluk tangannya dan berseru, ‘Oh my Jesus, how much you have suffered for me!‘. Aku tetap dalam pelukannya selama beberapa saat sebelum akhirnya dia menghilang.”
Santo Yohanes Paulus II membeatifikasinya pada tanggal 25 April 2004 dengan pernyataan bahwa “rahasia kekudusannya adalah cintanya kepada Kristus”.
Kontributor: Lucia Wahyuni, alumni Adorable Eve 2016
Editor: Lidwina Sisilia
Sumber :
Comments